Beranda | Artikel
Tidak Meminta Ruqyah, Kay dan Tidak Melakukan Tathayyur
Jumat, 5 November 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin

Tidak Meminta Ruqyah, Kay dan Tidak Melakukan Tathayyur adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Fathul Majid Syarh Kitab At-Tauhid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 26 Rabiul Awal 1443 H / 03 November 2021 M.

Kajian Tentang Tidak Meminta Ruqyah, Kay dan Tidak Melakukan Tathayyur

Sebelumnya kita sudah membahas sebuah hadits dari Husain bin Abdurrahman yang bangun malam karena disengat kalajengking atau binatang yang mempunyai bisa lainnya. Kemudian di dalam hadits disebutkan bahwa Sa’id bin Jubair Rahimahullah bertanya: “Apa yang kamu lakukan setelah tersengat? Maka Husain bin Abdurrahman bercerita: “Aku minta diruqyah.” Kemudian Sa’id bin Jubair bertanya lagi: “Atas dasar apa engkau minta diruqyah?”

Di dalam perkataan ini terdapat pelajaran bahwa hendaknya seorang muslim begini dalam beragama, yaitu meminta sandaran hukum atas benarnya sebuah pendapat. Apapun yang dia kerjakan, terutama hal-hal yang berkaitan dengan aqidah, ibadah, muamalah, akhlak dan adab, senantiasa didasari oleh hujjah dari Al-Qur’an atau hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Selanjutnya Husain bin Abdurrahman menjawab: “Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy-Sya’bi.” Sang guru bertanya lagi: “Apa hadits yang diriwayatkan oleh Asy-Sya’bi?” Muridnya menjawab: “Asy-Sya’bi meriwayatkan kepada kami dari Buraidah:

لاَ رُقْيَةَ إِلاَّ مِنْ عَيْـنٍ أَوْ حُـمَةٍ

“Tidak boleh ruqyah kecuali karena ‘ain atau terkena sengatan.”

Imam Al-Khattabi berkata bahwa makna hadits adalah tidak ada ruqyah yang lebih menyembuhkan dan lebih utama dibandingkan meruqyah orang yang terkena ‘ain atau terkena sengatan. Dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah meruqyah dan diruqyah.

Selanjutnya Sa’id berkata: “Sungguh baik sikap seseorang yang mengamalkan apa yang telah ia dengar. Hanya saja dalam hal ini Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma telah menuturkan kepada kami bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‘Telah diperlihatkan kepadaku beberapa umat oleh Allah, lalu saya melihat seorang Nabi bersama beberapa orang, seorang Nabi bersama seorang dan dua orang dan seorang Nabi sendiri, tidak seorangpun menyertainya.

Tiba-tiba diperlihatkan kepadaku sekelompok orang yang sangat banyak jumlahnya. Maka aku pun mengira bahwa mereka itu umatku, tetapi dikatakan kepadaku: ‘Itu adalah Musa dan kaumnya’.

Tiba-tiba aku melihat lagi sekelompok orang lainnya yang jumlahnya juga sangat banyak. Lalu dikatakan kepadaku bahwa mereka itu adalah umatku. Dan di antara mereka ada 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab dan siksa.

Setelah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberitahukan seperti itu beliau bangkit dari duduknya lalu masuk ke dalam rumahnya. Para sahabat pun mulai memperbincangkan tentang 70.000 orang itu.

Ada di antara mereka yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka itu sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.’ Ada lagi yang mengatakan: ‘Mungkin saja mereka orang-orang yang dilahirkan dalam lingkungan Islam dan tidak pernah melakukan kesyirikan terhadap Allah.’ dan menyebutkan yang lainnya.

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun keluar rumah, para sahabat memberitahukan rasa penasaran mereka kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

هُمُ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَ لاَ يَتَطَيَّرُونَ وَ عَلَى رَبِّـهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

‘Mereka itu adalah orang-orang yang tidak pernah minta ruqyah, tidak meminta orang untuk mengobati dengan kay dan tidak pernah melakukan tathayyur, serta mereka bertawakkal kepada Rabb mereka.`” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sifat 70.000 orang yang masuk surga tanpa hisab di antaranya adalah tidak meminta orang untuk mengobati dirinya dengan kay sebagaimana mereka tidak meminta orang lain untuk meruqyah mereka. Hal ini adalah untuk menerima ketetapan Allah dan berlezat-lezat dengan musibah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan.

Menit ke-1:01:02 Ketahuilah bahwasanya hadits ini tidak menunjukkan bahwa mereka tidak melakukan sebab sama sekali. Karena sesungguhnya melakukan sebab termasuk daripada perkara yang fitrah dan harus dilakukan, tidak terpisah seorang pun darinya.

Tetapi yang dimaksud adalah bahwasanya mereka meninggalkan perkara-perkara yang makruh saat mereka sangat memerlukannya. Hal ini sebagai bentuk penyandaran diri kepada Allah saja. Apalagi terkadang orang yang sedang sakit mencari-cari sesuatu yang bisa menjadi sebab untuk kesembuhannya dengan cara apapun.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari kita download dan simak mp3 kajiannya.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/50998-tidak-meminta-ruqyah-kay-dan-tidak-melakukan-tathayyur/